berita-image-haeder

Kadis Disperinaker Puji Kreatifitas Kelompok Batik Nagari Talang Maua, Sulap Limbah Gambir Menjadi Batik Yang Berharga

Selasa, 06 Mei 2025

Penulis: Dinas Komunikasi dan Informatika

17 Kali

Berita ini dibaca

1 Kali

Berita ini dibagikan

berita-image

Lima Puluh Kota, Diskominfo - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Lima Puluh Kota melakukan peninjauan pengolahan limbah gambir yang disulap menjadi bahan dalam pewarna kain batik dengan berbagai corak yang dikerjakan oleh kelompok batik Nagari Talang Maua, Kecamatan Mungka, Senin (5/5/2025).

Kunjungan tersebut langsung dipimpin oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Lima Puluh Kota, Ayu Mitra Fadri didampingi oleh Kabid Pembinaan dan Pengawasan Industri, Devi serta Kabid Sarana dan Prasarana Industri, Debby Seprima, dikesempatan itu juga hadir anggota DPRD Lima Puluh Kota, Prima Myfirtson, Pj. Wali Nagari Talang Maua, Riki FS beserta jajarannya.

Dalam sambutannya, Kadis Ayu memberikan pujian kepada kelompok batik Nagari Talang Maua serta Dosen Politani Payakumbuh selaku pembina kelompok yang telah menciptakan inovasi dengan memanfaatkan limbah industri gambir yang biasanya tidak terpakai untuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual lebih.

"Sebelumnya kita kenal didaerah kita ada Batik Gambir, sekarang muncul satu lagi batik didaerah kita yaitu Batik Kalincuang yang merupakan batik yang menggunakan limbah gambir. Ini merupakan potensi yang harus terus kita kembangkan,"ujar Ayu.

Ia selaku kepala mendukung penuh masyarakat nagari Talang Maua untuk mengembangkan dan mempromosikan batik ini ke pasaran.

"Kami akan mendukung pekembangan produksi batik ini dengan cara melibatkan dua bidang industri yang ada di dinas kami, dimana batik ini diharapkan mendapatkan hak cipta atas nama bentuk, motif dan namanya serta nanti akan dilibatkan ke ajang-ajang pameran baik ditingkat lokal maupun nasional bahkan internasional,"sambungnya.

Ia berkeinginan kedepannya, batik Kalincuang ini dapat lebih dikenal pasar dan dapat membantu mendongkrak perekonomian masyarakat dinagari setempat.

Sementara itu anggota DPRD, Prima Maifirson menyampaikan apresiasi atas komitmen masyarakat Nagari Talang Maur untuk maju dengan menangkap dan mengembangkan ilmu yang telah didapat dari akademisi, sehingga ada kreatifitas yang muncul dari Batik Kalincuang ini.

"Sebagai Anggota DPRD, tugas kami tentu meneruskan aspirasi dari masyarakat agar usaha mereka bisa tumbuh kembang bersama "kakok tangan" pemerintah daerah," ujarnya.

Prima juga menyampaikan pemerintah daerah perlu menangkap potensi di daerah dengan melirik produk-produk khas di nagari yang ada, karena itulah salah satu hak yang menjadi penanda dan alasan orang unruk mengenal lebih jauh tentang sebuah daerah.

"Selagi bisa, ada ruang dan peluang, pasti kita bisa. Kami juga berkeinginan agar batik ini dapat dipakai oleh seluruh pegawai pemerintah daerah dihari tertentu dan juga dapat dijadi buah tangan khas daerah kita. Itulah yang kami tekankan kepada masyarakat," ujar Prima.

Ketua Kelompok Batik Kalincuang Rosnani mengatakan usaha ini telah dimulai pada 9 November 2024 lalu melalui kegiatan pelatihan dari Program Ormawa Membangun Nagari yang dibawa oleh Dosen Politeknik Pertanian Payakumbuh, Synthia Afner serta mahasiswanya saat pengabdian ke masyarakat.

Ilmu dari akademisi itu ternyata disambut baik oleh masyarakat, sekarang mereka sudah mampu membuat kalincuang, limbah dari ampas getah gambir untuk dijadikan pewarna batik tulis.

"Beberapa kendala kami saat ini ruangan yang masih menumpang, kemudian sumber air sehingga membilas kain batik masih susah, harus dibawa ke sungai. Sekarang tenaga kerja masih belajar otodidak, dan jumlah pekerjanya belum banyak. Baru 8 orang yang menjalankan usaha bersama ini," ujarnya.

Rosnani menyebut Batik Kalincuang ini perlahan sudah ada peminatnya. Beberapa waktu lalu perangkat nagari sudah memesan 12 kain batik untuk baju seragam. Pesanan ke luar daerahpun sudah ada seperti Payakumbuh, Kalimantan, dan Jakarta.

"Harga jual kami termasuk murah, harga pesanan perlembar kain untuk ukuran 2x1,15, rentang harga 350 ribu sampai 500 ribu tergantung motif," ujarnya.

Rosnani berharap nantinya banyak anak-anak muda yang berminat untuk mengembangkan bakatnya pada batik kalincuang ini, termasuk harapan untuk didorong oleh pemerintahd dan investor bagaimana Batik Kalincuang ini nanti bisa go internasional. (Ton)